Deri dan saya berencana melengkapi peralatan wajib untuk mendaki besok ke daerah Kebon Kalapa. Tujuan kami adalah Cikuray yang terletak di Garut, Jawa Barat. Tiba-tiba SMS masuk dari om Ngguh, komandan perjalanan kali ini, yang bunyinya “ belok aja yuk ke Merapi”. Haha, bener-bener SMS kejutan. Kami berdua langsung cek dompet, diitung2 ternyata ongkosnya sama aja dengan ke Cikuray. Liat jadwal kereta ke Jogja ternyata masih sempat. “okelah, berangkat!”
Jam 7 malam kami berdua sudah sampai di St. Kiara Condong dan bertemu dengan Bram. Kami bertiga naik KA Kahuripan menuju St. Lempuyangan, Jogja. Keadaan di dalam kereta ga begitu nyaman, apalagi saya dan Bram kebagian di bordes pintu depan WC. Malam yang panjang…
3 Juni 2010
Kami tiba di St. Lempuyangan jam 6 pagi, mandi+sikat gigi di stasiun lalu keluar mencari masjid untuk istirahat sambil menunggu om Ngguh dan Alex yang berangkat via Bus yang ternyata masih terjebak di Purwokerto. Setelah minta izin kepada penjaga (orangnya ramah.com, kami malah dipersilahkan tidur di lantai atas yang cukup nyaman.
Sekitar jam 11an, om Ngguh sudah masuk daerah Wates, kami buru-buru menyusul ke terminal dengan bus 3/4 yang lewat depan masjid. Setelah beberapa lama keliling terminal, akhirnya rombongan komplit lima orang, saatnya berangkat ke Jakal bertemu dengan para guide sekaligus porter.hehe..
Dari terminal harus 2x ganti angkutan untuk sampai Jakal km 13. Di sana kami dijemput om Mayor dan ken Tirta dengan kuda besinya :P. Diskusi di kosan ken Tirta, yang diluar dugaan ternyata ga ada transport umum menuju Selo (Basecamp Merapi). Akhirnya daripada pusing, kami diajak makan dulu sama om Lucky di warung SS. Warung makan SS ini terkenal sama macem-macem sambalnya, klo ga salah inget, ada 19 jenis sambel. Enak juga nih makan pake macem-macem sambel meski saya cuma kuat 2 jenis doang. Haha..yang penting banyak pemandangan 160 nya :p
Obral-obrol panjang lebar, akhirnya sepakat untuk sewa mobil dengan Deri sebagai supir dadakan :’(. Jam 7an belanja logistik, packing, langsung melaju ke Selo dengan supir dadakan. Berasa naik jet coaster di perjalanan. Ga pake rem. Hahaha..
Jam 11 sampai di basecamp, packing ulang karena kami ga nge-camp alias tek tok aja jadi tenda dititip di basecamp. Jam 12 tepat kami memulai pendakian. Dari basecamp menuju New Selo masih berupa jalan aspal menanjak yang lumayan bikin nafas ngos-ngosan. Setelah New Selo, trek berubah menjadi jalan setapak yang sempit, di belakang terlihat bayangan Gn. Merbabu dengan lampu-lampu pemukiman di kaki nya. Ternyata setelah berjalan lama, trek terus menanjak tanpa bonus, meski sudah pasang gigi 1 tetep bikin dengkul nyut-nyutan juga.
Sekitar jam 11an, om Ngguh sudah masuk daerah Wates, kami buru-buru menyusul ke terminal dengan bus 3/4 yang lewat depan masjid. Setelah beberapa lama keliling terminal, akhirnya rombongan komplit lima orang, saatnya berangkat ke Jakal bertemu dengan para guide sekaligus porter.hehe..
Dari terminal harus 2x ganti angkutan untuk sampai Jakal km 13. Di sana kami dijemput om Mayor dan ken Tirta dengan kuda besinya :P. Diskusi di kosan ken Tirta, yang diluar dugaan ternyata ga ada transport umum menuju Selo (Basecamp Merapi). Akhirnya daripada pusing, kami diajak makan dulu sama om Lucky di warung SS. Warung makan SS ini terkenal sama macem-macem sambalnya, klo ga salah inget, ada 19 jenis sambel. Enak juga nih makan pake macem-macem sambel meski saya cuma kuat 2 jenis doang. Haha..yang penting banyak pemandangan 160 nya :p
Obral-obrol panjang lebar, akhirnya sepakat untuk sewa mobil dengan Deri sebagai supir dadakan :’(. Jam 7an belanja logistik, packing, langsung melaju ke Selo dengan supir dadakan. Berasa naik jet coaster di perjalanan. Ga pake rem. Hahaha..
Jam 11 sampai di basecamp, packing ulang karena kami ga nge-camp alias tek tok aja jadi tenda dititip di basecamp. Jam 12 tepat kami memulai pendakian. Dari basecamp menuju New Selo masih berupa jalan aspal menanjak yang lumayan bikin nafas ngos-ngosan. Setelah New Selo, trek berubah menjadi jalan setapak yang sempit, di belakang terlihat bayangan Gn. Merbabu dengan lampu-lampu pemukiman di kaki nya. Ternyata setelah berjalan lama, trek terus menanjak tanpa bonus, meski sudah pasang gigi 1 tetep bikin dengkul nyut-nyutan juga.
4 Juni 2010
Ah, akhirnya Alex inisiatif juga buat bilang break. Ternyata dia ngantuk dan minta waktu buat tidur sebentar. Mantaff..kami break di patok 1, lokasi yang cukup strategis karena tempat datar ini dikelilingi pepohonan lebat dan batu besar. Lumayan perlindungan dari angin kenceng :D Lagi asik-asiknya tidur enak kok ada suara orang ngobrol ga jelas. Ternyata ada bule yang lagi break juga, ngobrol sama om Mayor. Gile nih bule ternyata ga pake jaket, cuma kaos biasa ma celana pendek doang. Wew..jam 3.30 kami melanjutkan lagi perjalanan. Setelah beberapa menit, om Mayor usul lewat jalur pintas melipir ke kanan trek. Yowis, kroco manut ajah…:p trek nya banyak bonus meski sebelah kanan langsung jurang.
Sepanjang perjalanan ditutupi kabut tebal. Jam 5 kami sudah di pasar Bubrah, berlindung di batu besar untuk istirahat dan masak sarapan. Tak tampak apa pun di sini, hanya kabut dan bebatuan 10 meter depan mata. Selesai sarapan, kami ngobrol dulu ngalor ngidul tanpa sadar kabut semakin berkurang. Lalu om Mayor bilang, “tuh puncaknya dah keliatan dikit”. Alamak, ternyata dari tadi saya ga sadar di depan itu ada tumpeng yang menjulang tinggi. Agak ciut juga nih nyali.
Keadaan masih berkabut sehingga sulit mencari jalan yang aman untuk dilalui karena bebatuan mudah menggelinding ke bawah jika salah pijakan. Mayor memimpin di depan, diikuti Deri, Alex, Ngguh, saya, Bram, dan sweeper Tirta. Setelah setengah perjalanan, terdengar teriak “Awas!” dari Alex yang ternyata tak sengaja menggelindingkan 1 buah batu yg kemudian batu tersebut ikut membawa temannya 1 buah lagi :’(. Saya sempat menghindar tapi sayangnya batu sebesar kepalan tangan mengenai Bram.
Kami sampai di pelataran puncak setelah 1 jam pendakian. Tak disangka bule yang sebelumnya jumpa di patok 1 meninggalkan separuh semangka. Nikmatnya makan semangka di atas puncak merapi :D. Karena kondisi masih berkabut, kami menunggu beberapa lama sampai cerah, dan doa kami terkabul. Kabut hilang perlahan, digantikan lautan awan dan tampak saudara Merbabu dari seberang sedang mengintip.
Selesai foto-foto, kami langsung tancap gas turun langsung sampai New Selo. Perjalanan turun hanya satu setengah jam saja.haha.. Di New Selo tampak beberapa muda-mudi sedang memadu kasih dan juga mengadu bibir :p. Setelah istirahat dan makan, kami langsung pulang menuju kontrakan om Mayor. Di sana saya mandi dan packing karena akan langsung ke Jakarta dengan Deri, sedangkan lainnya stay 1 malam lanjut wisata kota Jogja. (AP)
Special Thanks to :
-Tuhan YME
-Orangtua dan Ade atas izinnya
-Rekan seperjalanan : Deri, Ngguh,Alex, dan Bram
-Rekan-rekan OANC Jogja untuk segala bantuan dan menemani kami selama di Jogja
0 comments
Post a Comment