Monday, October 31, 2011

Menggembala banteng bersama sahabat di TNUK


Saya sudah ‘melihat’ Ujungkulon di tahun 2004 dari atas bukit di kawasan Tg. Lesung. Terlihat samar dan misterius, hati kecil bertanya “apa benar masih ada badak di sana?”. 

5 tahun kemudian…

Saat itu, keluar uang lebih dari 200ribu untuk jalan-jalan termasuk mewah sekali bagi mahasiswa seperti saya juga teman-teman saya. Apa boleh dikata, niat sudah bulat melihat habitat sang cula satu dari dekat. Saya, Deri, dan Singgih kemudian giat mencari teman seperjalanan lagi supaya pengeluaran nanti bisa ditekan seminimal mungkin. Mendekati hari H, dengan peserta yang masuk dan keluar dalam beberapa hari terakhir, kami fix berangkat hanya 5 orang seperti tim semula.

11 Juni 2009, pukul 6 pagi kami sepakat berkumpul di Kp Rambutan sebelum melanjutkan perjalanan menuju terminal Pakupatan – Serang, karena elf satu-satunya yang menuju Taman Jaya berangkat pukul 11 siang dari sana. Di luar dugaan, bus jurusan Merak yg kami tumpangi (inisial A***da) tiba di Pakupatan jam 8 kurang, jauh lebih cepat dari rencana. Akhinya kami pun terpaksa menunggu 3 jam di terminal.

Elf dengan logo depan “neng nindy” sudah terlihat penuh, baik di dalam juga di atas. Saya memilih posisi dekat pintu yang 1 kursi supaya nyaman gak desak-desakan. Jam 11 tepat elf ini sudah meninggalkan terminal, tetapi tidak langsung menuju Taman Jaya karena terus menaiki penumpang di rute nya yang semakin lama kondisi di dalam mobil pun tidak kondusif lagi (baca : total 26 orang termasuk yg di pintu dan atap mobil) . Rute elf melewati Pandeglang – pertigaan Tg Lesung – Sumur – Taman Jaya memakan waktu kurang lebih 6 jam, melewati kawasan industri, pariwisata, pasar tradisional, hutan mangrove, bahkan ban mobil sempat berputar di atas pasir pantai dan terkena deburan ombak kecil.

elf neng nindy
Setibanya di desa Taman Jaya, kami diajak ke home stay pak Komar. Beliau memberi arahan soal kawasan juga soal biaya selama trip menyangkut sewa kapal dll. Setelah diperinci lagi, ternyata budget kami tidak menutupi biaya explore kawasan selama 3d2n. Sebelum berangkat, kami semua hanya membawa 500rb/orang. Kondisi saat itu memungkinkan kami pulang esok harinya tanpa menginjak kawasan. Mungkin hari itu hari terbaik kami berlima, kami dipersilakan mengunjungi kawasan dengan transport dan akomodasi seadanya dari jasa pak Komar. Malam itu kami tidur nyenyak di home stay pak Komar meski kami semua menempati 1 kamar dengan 2 ranjang.

12 Juni 2009, pagi yang luar biasa cerah untuk memulai aktivitas. Setelah persiapan logistik, sholat subuh, mandi, sarapan, kami bergegas ke dermaga Taman Jaya untuk memulai perjalann via laut menuju P. Peucang untuk registrasi. Perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam. Sesekali terlihat elang laut terbang mengitari keramba-keramba nelayan di lepas pantai Taman Jaya. Mang Ipin, sang kapten kapal, juga mang Udin guide kami selama di kawasan nanti, sedang asik memancing tongkol untuk mengisi perjalanan yang cukup membosankan ini. Sementara saya tambah jatah tidur lagi di dek, yang lain asik foto-foto sambil naik di atas kapal.

Menjelang jam 11 siang, kami tiba di Peucang. Kesan pertama : AMAZING! Pulau kecil ini dikelilingi pantai pasir putih di bagian selatan dan karang di bagian utara. Terdapat banyak binatang di sini : babi hutan, merak, rusa, monyet, burung rangkong, biawak, dll. Mereka terlihat terbiasa dengan kehadiran manusia, kecuali merak yang masih sembunyi-sembunyi di dalam hutan. 

dermaga P. Peucang
Karena penasaran, kami mencoba meliat sisi utara pulau dengan trekking singkat selama 1 jam menembus hutan tengah pulau. Ada sebuah pohon besar dengan akar-akar mirip tentakel gurita setelah jalan beberapa saat memasuki hutan. Siang hari, satwa-satwa ini berlindung dari teriknya matahari di dalam hutan, kadang dijumpai rusa dan biawak yang lari berkaburan kaget melihat kami. Karang Copong, sebutan sisi utara P. Peucang karena memang terbentuk dari karang tinggi yang bagian bawahnya berlubang sehingga kita dapat melihat deburan ombak di bawah tempat kita berdiri.

Menjelang petang, kami kembali ke kapal. Perut sudah bergejolak. Ternyata makan siang sudah disiapkan mang Ipin dan Mang Udin. Menu kali ini telor dadar plus ikan teri. Kami sebenarnya hanya membawa beras, telur, bumbu-bumbu dapur, serta makanan ringan juga mie. Tidak bawa bahan makanan lainnya. Jadi, selama di kawasan, kami memanfaatkan hasil laut untuk dimakan.

Selesai makan, karena belum puas main air, kami nyebur lagi di pantai sambil susur pantai ke arah barat. Puas main air dan keliling pulau, kami belayar lagi menuju Cibom karena hari juga semakin sore. Cibom adalah pintu masuk terdekat menuju mercusuar dan Tg Layar. Kami tiba terlalu sore di Cibom. Tidak ada dermaga di Cibom sehingga harus menggunakan kano atau langsung renang menuju ke tepi dari kapal (pantai berkarang, kapal tidak bisa mendekat). 

Di Cibom terdapat pos tentang profil kawasan TNUK. Kami melanjutkan trekking menuju Tg Layar selama kurang lebih 30 menit. Kami diajak mampir di mercusuar baru sebelum menuju Tg Layar (lupa nama penjaganya, pak Kosasih?? ). Istirahat sejenak di depan mess penjaga sambil ngobrol dengan si bapak. Kami berubah haluan tempat inap setelah pak penjaga menawarkan bermalam di salah satu ruangan mess. Kami tentu tidak menolak apalagi di sana ada air bersih juga dapat akses gas untuk masak. FYI, air bersih di kawasan mercusuar di dapat dari tadahan air hujan yang ditampung di tangki besar. Listrik di mess sendiri hanya hidup sampai jam 10 malam karena masih menggunakan diesel dan panel surya. Malam ini kami tidur nyenyak.

13 Juni 2009, saya terbangun tengah malam karena ada sesuatu yang menggerayangi kaki saya. Mungkin kecoa atau tikus hutan. Lanjut tidur lagi, kali ini saya menarik sleeping bag menutupi kaki. Bangun pagi hari, kami main di bawah mercusuar melihat sunrise. Tidak ada niatan untuk menaikinya, hanya rangkaian batang-batang besi seperti tower provider dengan ukuran yg lebih lebar dan pijakan tangga juga dari lempeng besi.

mercusuar baru tg layar
Selesai sarapan ala kadarnya, kami sepakat untuk trekking Cibom-Cidaon, sedangkan Towo tidak ikut karena kakinya terkilir. Sampai di Cibom, kami berpisah. Towo dijemput ABK mang Ipin dengan kano sampai naik kapal, yang kemudian bertemu kami lagi nanti di dermaga Cidaon.  Saya lupa pastinya berapa jarak antara Cibom – Cidaon, kami trekking masuk hutan keluar pantai selama 2-3 jam yang kadang harus menebas batang pohon yang menghalangi jalan.

Suasana hutan didominasi tanaman seperti sagu tetepi ujung daunnya terdapat tulang daun memanjang yg berduri. Deri sempat tersangkut duri-duri dari rantingnya dan lumayan perih katanya. Terkadang kami harus menaiki pohon tumbang untuk sampai ke area seberang, tanah berlumpur, tepi pantai yang terkena ombak, juga melintasi muara yang ada buaya! Muara ini terletak 10 menit sebelum tiba di dermaga Cidaon. Muara sungai ini tidak terlalu dalam untuk dilewati, hanya saja perlu berhati-hati karena terkadang terlihat buaya yang sedang berjemur di tepi-tepi muara sampai pesisir pantainya. 

Tengah hari kami tiba di posko Cidaon, dekat dermaga. Tampak Towo sedang asik duduk-duduk di sana. Mang Ipin ternyata sudah menyiapkan makan siang berupa ikan laut. Saya melirik kakap merah dan kerapu yang dibakar, :ngiler:. Ada cerita menarik. Ternyata kano yang tadi ditumpangi Towo sewaktu melintas karang di Cibom dihajar ombak besar. Untungnya dia pakai pelampung, dan langsung ditarik ABK. Ombak pagi hari di Cibom memang besar karena selat perbatasan laut dalam dan dangkal. 

Kenyang makan siang, kami diajak mang Udin ke ladang pengembalaan banteng. Sebenarnya, dari muara sungai tadi ke demaga, kita akan melintasi pertigaan menuju ladang pengembalaan. Tidak terlalu jauh dari persimpangan tadi, kita sudah melihat tower untuk melihat banteng dari kejauhan. Menurut mang Udin, saat yang tepat melihat banteng di padang ini adalah sekitar jam 3 – 4 sore. Beruntung kami melihat banyak sekali kawanan banteng cokelat yang dijaga sang pejantan hitam. 

ladang pengembalaan, cidaon
Puas foto-foto banteng dari kejauhan, kami kembali ke Peucang lagi untuk isi air bersih dan mandi juga. Kami sepakat tidak bangun tenda, tetapi ikut kapal mancing di laut dan tidur di dek. Kegiatan malam itu hanya diisi dengan mancingmania. Hanya saya yang dapat ikan, itupun cuma seekor karena belum mahir pancing tarik.

14 Juni 2009, kami terbangun di ujung barat Pulau Jawa. Ombak yang tinggi membuat kepala semakin pusing, bahkan ada yang mabuk laut juga. Kami menunggu pak penjaga mercusuar karena beliau ikut kami ke Taman Jaya. Dari tepi pantai Cibom terlihat beliau dengan barang bawaannya. ABK kapal menjemputnya hanya dengan ban karet. Upah transport sepertinya 1 dirijen isi bahan bakar untuk kapal.

Kami langsung menuju Taman Jaya setelah pak penjaga sudah di kapal. Perjalanan pulang sama membosankannya seperti awal perjalanan. Kami isi waktu dengan cerita-cerita mang Ipin, pak penjaga, dan mang Udin soal TNUK. Tiba di dermaga Taman Jaya lewat tengah hari, sewaktu menginjak tanah badan masih terasa terombang-ambing ombak. Kami menginap semalam lagi di home stay pak Komar menunggu jemputan elf yang berangkat jam 2 subuh menuju Pakupatan, Serang. Sudah ada 2 tamu wanita bule eropa di home stay yang akan masuk kawasan esok hari. 

Kami tidak mampir ke Cigenteur, Handeleum, karena keterbatasan dana. Saya pribadi hanya menyisakan Rp 3000 begitu sampai di rumah. Mungkin jika banyak peserta yang ikut, biaya bisa ditekan lebih kecil. (AP)

Info tambahan :
  • Bawa bahan makanan dari rumah karena di sana mahal
  • Siapkan fisik, terutama obat-obatan, dan penangkal nyamuk
  • Musim yang baik antara juni-agustus, kawanan hewan biasa mencari makan sore-sore
  • CP pak komar : 081806181209
  • Elf taman jaya berangkat dari Serang jam 11 siang, berangkat dari taman jaya jam 2 pagi.

GALERI (klik untuk perbesar)

Thursday, October 20, 2011

Curug Cileat, Subang - Jawa Barat

Curug Cileat

Bandung, 7 Oktober 2011

Malam ini saya kumpul dengan kawan-kawan OANC Bandung karena kadatangan tamu jauh, mas Karees dan Om Sukrib. Janjian di angkringan depan kampus gajah jam 7 malam ternyata baru saya dan Ari yang nongol, beberapa saat kemudian Roby dan Maggie menyusul. Di kesempatan itu saya ajak Ari ke Curug Cileat, yang minggu sebelumnya Roby dan Maggie ke sana dengan Anwar. Setelah tanya detail soal rute transport dan ongkos, kami berdua sepakat berangkat besok sabtu berangkat pagi dari Bandung.

Setelah rame, saya sedikit usaha siapa tau ada yang bisa diculik ikut ke Cileat juga daripada ntar dibilang :maho cuma jalan berdua Ari. Jurus kali ini ga ampuh, cuma berhasil culik 2 orang, Anto dan Felis. Yasudahlah, yang penting jadi berangkat. Jam 10an banyak yang sudah mulai pulang ke kediaman masing-masing sedangkan om Sukrib belum nongol juga nih. Setelah dapat kabar dari beliau ternyata masih macet di Cipularang, wkwkwk. Kami lanjut ngobrol lagi sampai om Sukrib datang.

Bandung - Subang, 8 Oktober 2011

Kedatangan om Sukrib yang hampir tengah malam juga diikuti datangnya hujan. Akhirnya kami pindah nongkrong di McD Simpang Dago. Saat itu saya dan Ari masih ikutan nimbrung sedangkan Anto dan Felis sudah di kediaman masing-masing dan bersiap2 packing. Ngobrol sana sini, becanda, cerita khayalan, gak terasa udah azan subuh o.O. Rencana berangkat jam 10 sepertinya mustahil, karena Ari harus packing dulu ke Jatinangor.

Bener deh dugaan, kami baru berangkat jam 12 dari BNI Taman Sari menuju terminal Ledeng. Dari terminal Ledeng kami pindah ke L300 jurusan Subang. Hujan gerimis sepanjang perjalanan memaksa saya tertidur, mungkin juga karena semalem begadang :P. Kami turun di Cagak, pindah Elf ke arah Gardu Sayang. Lama perjalanan kira-kira 30 menit, melewati perkebunan nanas, kolam pemancingan, dan Pasar Cisalak. Dari Gardu Sayang, kita bisa naik ojeg atau jalan kaki melewati jalan aspal sejauh 9 km. karena keterbatasan waktu, kami naik ojeg dengan ongkos Rp 20.000/orang. 

Tiba di desa terakhir (lupa namanya), kami melanjutkan trekking melewati sawah-sawah dan perkebunan warga. Hari sudah semakin sore, ditambah langit mendung. 15 menit kemudian kami menjumpai simpang, kiri jalan menurun kanan jalan menanjak. Saya putuskan telepon Anwar : “ ambil kiri, kan kalo kanan nanjak terus itu”. Alhasil, kami nyasar di persawahan dan sarang pacet :’(. Beruntung kami bertemu dengan bapak pencari kayu bakar, kami ditunjukan jalan yang sebenarnya :D.

Azan maghrib berkumandang, kami baru tiba di bekas warung yang dikelilingi pohon kelapa. Ari sholat di bekas warung, sedangkan kami bertiga buka roti sobek buat ganjelan perut. Dari bekas warung ini, kami mengambil jalan ke kanan, melewati parit kecil dan sawah lagi. Untuk menuju ke curug Cileat, kita akan melewati 3 curug tinggi yang airnya tidak begitu deras. 10 menit dari curug ketiga, kami sudah tiba di Cileat.

Kami memutuskan buka tenda di tanah datar teratas. Suasana gemuruh bunyi benturan air dengan bebatuan di bawah curug, juga karena anginnya yg lumayan kencang. Angin yang juga membawa butiran air cipratan curug ini cukup membuat si Storm II tembus di atas. Acara malam itu diisi ngobrol-ngobrol dan masak-masak.

Jam 10, Ari dan Felis sudah pulas. Sisa saya berdua dengan Anto yang masih asik buat roti mentega. Angin cukup kencang malam itu, saya berusaha membangunkan Ari yang tidur pulas di luar tenda namun tidak bangun-bangun. Akhirnya saya dan Anto sepakat tidak menutup pintu tenda, kami tidak tidur pulas sampai subuh karena suatu hal :P.

Subang, 9 Oktober 2011

Bangun pagi itu masih terasa ngantuk, tapi saya sudah tidak sabar masak-masak karena perut sudah minta diisi. Setelah sarapan, kami main di curug, foto-foto dan main air. Selang beberapa lama, datang sekelompok pemuda setempat yang dari atributnya seperti pramuka (seragam cokelat bawa bendera :p). Karena saya juga malas liat tingkah laku mereka yang teriak-teriak ga jelas di bawah curug, akhirnya saya ikut yang lainnya beres-beres tenda, siap-siap untuk pulang.

Perjalanan pulang lebih cepat dari berangkat (karena ga nyasar,hehe). Kami sudah SMS pak ojeg untuk menjemput di tempat terakhir tetapi mereka gak kunjung datang. Anto dan Felish inisiatif untuk jalan kaki saja sampai Gardu Sayang. Baru jalan 10 menit, tiba-tiba hujan deras :(. Setelah berjalan 2 jam, kami baru sampai di Gardu Sayang, bersih-bersih badan di masjid terdekat lalu menunggu angkutan yang mengantar kami ke Bandung lagi. (AP)

Tips penulis :
  1. Bawa pakaian lebih untuk main air di curug, jangan lupa bawa kamera juga
  2. Minta nomor tukang ojeg sebelum berpisah di desa terakhir
  3. Leave no Trace, minimal JANGAN buang sampah sembarangan.

    GALERI (klik untuk perbesar)

    Wednesday, September 07, 2011

    Wisata Kuliner Akhir Tahun 2009

    Jadi, dari perjalanan saya ke kota-kota di Jateng-Jatim Desember 2009 lalu, saya berkesempatan mencicipi beberapa makanan khas daerah sana yang nantinya saya ga perlu ceritakan secara detail di topik cerita perjalanan yang masih belum ada judulnya itu :p.
    Langsung aja deh, yukk…

    Pecel Madiun

    Datang ke Madiun ga lengkap kalo belum cobain makanan yang satu ini. Ini makanan pertama yang saya hajar begitu sampai di kota itu. Sesuai rekomendasi Adit Konar, sang tuan rumah kali ini, kami memilih depot pecel madiun yang tidak jauh dari alun-alun kota. Kalo yang belum tau pecel madiun, hmm, mirip seperti gado-gado klo di Jakarta. Ada sambel kacang, ada sayurannya, ada lontong atau pakai nasi juga bisa, bedanya pakai telur dadar, kerupuk, daun papaya, gorengan, dan wadahnya baisanya pakai daun pisang yang ditekuk. Harganya super murmer abiss, gak perlu pake tanya-tanya harga nett deh wkwkwk. Waktu itu saya cuma habis 4500 sudah dengan tambahan es teh manis dan gorengan.


    Tahu Petis, Wedang Jahe





    Tahu petis kalo buat saya sih masuknya makanan cemilan,cepuluh,cebelas,wakaka..Cuma buat nemenin ngobrol sambil lesehan depan stadion malam itu. Enaknya dimakan pas tahunya baru mateng digoreng, gurih dan garingg. Teksturnya beda dengan tahu sumedang. Oh iya, sambel petisnya ini memang populer makanan khas Jawa Timur sini. Tapi, buat lidah saya sih belum biasa aja kali ya hidangan sambel,, manis gak, pedes juga gak. Meski ga biasa tetep aja abis tuh sepiring :p. Di depan stadion ini banyak macam-macam dagangan, saya pesan es jeruk untuk minuman yang harganya Cuma Rp 1000,-!!! Sedangkan Adit pesan wedang jahe. Jahenya digeprak live-siaran langsung pake tangan abangnya.wew..pantas harganya murah, cuma Rp 500,- saja.wkwk
    Overall, jajanan depan stadion ini enak buat cemilan,cepuluh,cebelas :p suasana merakyatnya yang dicari, apalagi kalo bawa keluarga atau pacar. :)


    Sekarang beralih ke Solo. Kondisi keuangan di Solo waktu itu mulai menipis, beruntung dapat bantuan amunisi dari Arya :”> (thanks for everything masbro). Makanan di Solo tidak semurah di Madiun tapi semua itu sebanding dengan rasa dan variasinya :D.


    Tahu Kupat

    Tahu kupat di Solo ini berbeda dengan Kupat-Tahu yang di Bandung, meski dari nama cuma dibalik antar frasanya. Tahu Kupat di Solo ini isinya ada kupat, tahu, sayuran, mie, kuahnya pedes asam manis seperti kuah pempek. Rasanya persis kuah pempek cuma beda di kupat dan tahu aja, dan lebih segar karena banyak pakai sayuran. Menurut saya sih enak banget, kaya rasa. Ditambah waktu singgah ke warungnya ini habis kehujanan dari Madiun, jadi makin mantap rasa segarnya.
    Seingat saya harganya Rp 6000/porsi thn 2009, untuk minuman standar aja. Lokasinya di jalan Gajah Mada, kota Solo. Tepat di sebelah kanan jalan setelah perempatan lampu merah ke arah jalan Gajah Mada.


    Thoprak & Es Dawet Gempol Peret
    Ini bukan ketoprak yang ada di Jakarta lho, sangat berbeda sekali. Thoprak ini mirip dengan soto mie, tapi kuahnya lebih bening ga bersantan/berminyak. Cocok dimakan siang hari, makin maknyus kalo minumnya es dawet gempol peret. Ada harga ada rasa, ga sebanding dengan porsi yang mengenyangkan meski rasanya mantap.
    Untuk lokasi saya sudah lupa, harganya kisaran Rp 8000, es dawetnya Rp 5000/mangkok


    Malam terakhir di Solo, saya diajak ke galabo (Gladag Langen Bogan), sebuah pusat kuliner di Solo. Diresmikan tanggal 13 April 2008 oleh Ibu Marie E. Pangestu sebagai suatu usaha Pemkot Solo untuk mengoptimalkan asset daerah berupa keragaman kuliner untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian daerah.
    Saat itu keuangan semakin menipis, jadi cuma bisa cicip 1-2 masakan aja :p

    Galabo


    Tengkleng

    Tengkleng, nama unik harga selangit. Tengkleng ini terbuat dari daging rusuk kambing dan tulang belulang lain yang dimasak seperti sop/kaldu. Menurut saya sih biasa aja karena saya kurang suka daging kambing apalagi tulangnya. Hehe..dari segi porsi, gak bisa buat kenyang karena sajian nasinya ditakar dan dagingnya sedikit banget :(
    Kisaran harga seingat saya Rp 15 000/porsi exclude minuman


    Ayam Bumbu Lengkuas
    Pertama kali lewat kiosnya, saya tertarik untuk mencobanya. Sebenernya ayam goreng biasa tapi pakai bumbunya lengkuas. Rasanya unik, pas dilidah saya ketimbang tengkleng tadi. Apalagi pas cicip sambelnya mirip bebek goreng pak slamet, cuma sedikit sambel tapi pedesnya menggelegar. TOP..yang kurang cuma porsi nasinya, ditakar, sedikit untuk porsi saya :p. Harga kisaran Rp 12000/porsi, exclude minuman.


    Overall tempat makan di Galabo ini cozy banget, kebetulan juga saya datengnya waktu malam mingguan jadi rame muda-mudi. (AP)

    Wednesday, July 06, 2011

    Happy Wedding Luluk

    Beberapa minggu sebelum hari Sabtu, tanggal 2 Juli 2011, ada sms masuk ke HP saya mengenai pernikahannya bersama lelaki bernama Ismail. Ya, Luluk, salah satu sahabat saya di SMP N 91, juga salah satu anggota dari regu Melati Putih mengabari saya bahwa dia akan menikah. Beberapa hari setelah itu, Luluk memberikan undangan pernikahannya. 

    Saya, Indah, Tieka dan Ayu sepakat untuk janjian di pertigaan Pasar Palsigunung, tepat pukul 09.30 WIB. Ternyata gagal total, karena beberapa alasan, kami kumpul di TKP sekitar pukul 10.30 WIB. Baiklah, Bismillah, kami berangkat ke Parung untuk datang ke “kondangan” Luluk.

    Perjalanan dari Pal ke Terminal Depok, kami masih ceria, ngobrol sana sini, kondisi lalu lintas pun lancar jaya.. :p Ini jauh berbeda dengan perjalanan kami dari terminal Depok ke Pasar Parung. Cuaca semakin panas, macet dan yang lebih buruk menurut kami, lokasi yang kami tuju masih sangat jauh. Obrolan kami pun jadi sangat bervariasi. Topik-topiknya benar-benar random. Sabar.. sabarr.. demi Luluk. Semoga usaha kami bisa membawa berkah. #menghibur diri :p

    Singkat cerita, kami akhirnya sampai di Pasar Parung sekitar pukul 12.45. Kami lalu naik angkutan umum ke Gang Masjid Al-Islah. Ternyata hanya sekitar 15 menit perjalanan. Muka kami pun mulai cerah lagi dan semangat untuk cepat sampai ke resepsi Luluk. Kami melihat masjid Al-Islah dan ada persimpangan jalan di samping masjid tersebut. Ada janur kuning, tapi bukan Luluk dan Ismail nama di Janur tersebut. Kami dengan yakin memilih jalan lurus. Sekitar 500 meter kami berjalan, Ayu berinisiatif untuk mencari Masjid An-Nur, yang dekat dengan rumah Ismail. Akan tetapi, ibu penjaga warung bilang kalau lokasi tersebut masih jauh dari lokasi kami saat itu. Hadduhhh, kaki ini rasanya udah mau copott :p Akhirnya kami istirahat sejenak di warung tersebut.
    Kami berarti harus kembali ke persimpangan Gang Masjid Al-Islah, akan tetapi tenaga kami rasanya sudah lelah sekali. Akhirnya ada angkutan umum yang lewat gang tersebut, dan kami bilang kami ingin “numpang” untuk sampai persimpangan. Alhamdulillah, boleh dan akhirnya kami sampai persimpangan dan turun angkutan tersebut dengan mengucapkan TERIMA KASIH dan lupa untuk membayar. :D


    Kami berusaha mencari ojeg, dan ternyata tidak ada. Untung ada bapak-bapak yang mau menjadi tukang ojeg dadakan.
    Di tengah perjalanan itu, kami yang sudah kelelahan sedikit terhibur ketika melihat sawah dan kebun yang hijau. Alhamdulillah, tidak terasa ojeg tersebut berhenti di depan tanah lapang yang sudah dihiasi tenda-tenda berwarna ungu dan putih, sekitar 13.40. YAhhh!! Luluuuukkk!! Kami dataangggg!

    Akhirnya kami menyalami Luluk, Ismail dan keluarga mereka. Luluk tampil cantik dan serasi dengan Ismail. Mereka mengenakan kebaya berwarna ungu.

    Berhubung kami lapar, kami langsung makan, hehe. Biasanya sih, saya makan sedikit nasi di acara-acara seperti itu karena banyak variasinya. Untuk kali ini, saya makan nasi banyak dan habis. Waahh, Alhamdulillah.. Kami berempat duduk sejajar, memandangi panggung yang di atasnya terdapat grup marawis. Kami semakin terhibur saat Ismail naik ke panggung dan ikut bernyanyi marawis. Lucu, dia sesekali menggoda Luluk yang berada di pelaminan. 

    Sekitar pukul 15.00 kami pulang dan Alhamdulillah, perjalanan kami lancar, tanpa macet. Kami sampai di Depok pukul 16.10 menit. Untuk Luluk dan Ismail, sekali lagi selamat. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Amin. (AK)

    Friday, July 01, 2011

    PLTN di Indonesia

    PLTN di Indonesia




    Pada saat ini, kebutuhan energi di Indonesia semakin meningkat namun cadangan sumber energi utama yang tak terbarukan seperti minyak bumi, gas, dan batu bara semakin lama semakin menipis. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengembangkan sumber daya energi alternatif seperti contohnya : bio massa, bio-etanol, biogas, serta sumber daya alam lain yang masih bisa dimanfaatkan untuk menggantikan fossil fuel seperti : panas bumi, air, angin, dan panas matahari.

    Namun, masih ada satu energi alternatif lagi yang masih dalam pengembangan di Indonesia, yaitu energi nuklir. Pemanfaatan energi nuklir dapat meminimalkan ketergantungan negara dari energi fosil. Selain itu, pemanfaatan energi nuklir juga dapat mengurangi masalah pemanasan global yang sedang menjadi perhatian dunia saat ini.  Pada bidang kelistrikan, energi nuklir dapat dipakai pada sistem pembangkitan listrik tenaga nuklir (PLTN).


    Dalam sudut pandang kebutuhan energi listrik di masa sekarang dan akan datang, sebagian besar masyarakat sepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan produksi energinya yang sering gagal diantisipasi. Selain sebagai sumber penerangan, listrik mempunyai peranan lain, yaitu sebagai pendorong kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, ada suatu hubungan antara konsumsi listrik dengan keadaan perekonomian suatu masyarakat. Dari beberapa sumber energi yang ada perlu ditentukan juga beberapa alternatif pilihan yang sudah sering ditawarkan oleh pemerintah dan banyak dibahas, dikaji, dikomentari oleh para pakar energi, pakar listrik, maupun masyarakat umum, dan PLTN merupakan salah satu alternatif untuk mengantisipasi kebutuhan listrik Indonesia yang terus meningkat tersebut.

    Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pembangkitan listrik tenaga nuklir (PLTN), cara kerja, sejarah singkat, dan tentang tanggapan masyarakat Indonesia tentang  pembangunan PLTN.


    Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

    Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal yang panasnya dihasilkan dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Reaktor nuklir adalah tempat reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan

    Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui PLTN dimulai beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago.  Mulai saat itu mulai dikembangkan pemanfaatan sumber energi baru tersebut. Pada awalnya, pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu hanya dilakukan di Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada, dan Rusia memulai program energi nuklirnya.

    Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun 1951. Selanjutnya pada tahun 1954, PLTN skala kecil mulai beroperasi di Rusia. PLTN pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober 1956 di Calder Hall, Cumberland. Sistem PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. 

    Dikawasan Asia, disamping Jepang dan Korea Selatan, pertumbuhan PLTN di China cukup signifikan yaitu pembanguan 20 unit dari rencana 37 unit. Selain negara tersebut, dikawasan Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand dan Vietnam juga sudah mengusulkan ke Badan Tenaga Nuklir Dunia (IAEA) untuk dapat dibantu dalam pembangunan PLTN.

    Sedangkan kawasan kawasan Timur Tengah, sebagai kawasan negara sumber penghasil minyak saat ini kecenderungan untuk memanfaatkan PLTN sebagai opsi pemasok penaga listriknya. Seperti Uni Arab Emirat langsung merencanakan pembangunan PLTN empat unit dari sepuluh yang diusulkan. Sedangkan di Eropa khususnya negara Prancis, seluruh kebutuhan listrik negaranya di suplai dari PLTN.


    Salah satu kawasan PLTN ramah lingkungan

    Proses Pembangkitan Listrik oleh PLTN

    Proses kerja PLTN hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik lain seperti PLTU. Yang membedakannya hanya sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan sumber panas dari reaksi nuklir, sedangkan PLTU mendapatkan sumber panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak bumi.


    Reaksi fisi

    Reaksi nuklir ini terjadi di dalam reaktor nuklir. Reaktor dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN, dan hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi. Sedangkan kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, reaktor tersebut dirancang berdaya termal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Terdapat dua jenis reaktor fisi nuklir, antara lain :
    1. thermal reactor powerplant;
    2. fast-breeder-reactor powerplan.

    Pada reaktor termal untuk pembangkit komersial terdapat empat jenis reaktor, antara lain :
    1.      Pressurized-water-reactor (PWR);
    2.      Boiling Water Reactor (BWR);
    3.      Gas Cooled Reactor (GCR);
    4.      Pressurized Heavy Water Reactor (PHWR).

    Berikut ini adalah beberapa contoh skema proses reaktor termal untuk PWR dan BWR :


    Pressurized-water-reactor (PWR)


    Boiling Water Reactor (BWR)
    Secara singkat, proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut :
    -   Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga melepaskan energi dalam bentuk panas yang sangat besar
    -    Panas dari hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, dapat berupa pendingin primer maupun sekunder, bergantung pada tipe reakor nuklir yang digunakan.
    -   Uap air yang dihasilkan ini dipakai untuk memutar turbin sehingga menghasilkan energi kinetik
    -   Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga menghasilkan arus listrik.


    PLTN di Indonesia

    Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuah pun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan. 

    Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002 terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN dengan kapasitas 28.087 MWe sedang dalam tahap pembangunan. PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe. Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru, tetapi ini tidak berarti proporsi listrik dari PLTN akan berkurang. Di Amerika beberapa PLTN telah mendapatkan lisensi perpanjangan untuk dapat beroperasi hingga 60 tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya.

    Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.


    Semenanjung Muria, Jawa Tengah

    Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia. Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang pertama pada tahun 1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong. 

    Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan melakukan reevaluasi dan pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuan International Atomic Energy Agency (IAEA), Pemerintah Amerika Serikat melalui perusahaan Bechtel International, Perusahaan Perancis melalui perusahaan SOFRATOME, dan Pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Dokumen yang dihasilkan dan kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan kerjasama tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi perencanaan dan pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria.

    Pada tahun 1989, Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang komprehensif termasuk investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN di Semenanjung Muria Jawa-Tengah. Pelaksanaan studi itu sendiri dilaksanakan di bawah koordinasi BATAN, dengan arahan dari Panitia Teknis Energi (PTE), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dilakukan bersama-sama oleh beberapa instansi lain di Indonesia.

    Pada bulan Agustus tahun 1991, sebuah perjanjian kerja tentang studi kelayakan telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Perusahaan Konsultan NEWJEC Inc. Perjanjian kerja ini berjangka waktu 4,5 tahun dan meliputi pelaksanaan pekerjaan tentang pemilihan dan evaluasi tapak PLTN, serta suatu studi kelayakan yang komprehensif tentang kemungkinan pembangunan berbagai jenis PLTN dengan daya total yang dapat mencapai 7000 MWe. Sebagian besar kontrak kerja ini digunakan untuk melakukan pekerjaan teknis tentang penelitian pemilihan dan evaluasi tapak PLTN di lokasi tapak di Semenanjung Muria.

    Pada 2 tahapan pekerjaan yang pertama (Step 1-2) sudah dilakukan dengan baik pada tahun 1992 dan 1993. Pada fase ini 3 buah calon tapak yang spesifik sudah berhasil dilakukan dengan studi perbandingan dan ditentukan rangkingnya. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa calon tapak terbaik adalah tapak PLTN Ujung Lemahabang. Kemudian tahapan kegiatan investigasi akhir (Step-3) dilakukan dengan mengevaluasi calon tapak terbaik tersebut untuk melakukan konfirmasi apakah calon tapak tersebut betul dapat diterima dan memenuhi standar internasional. Studi tapak PLTN ini akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1995. Secara keseluruhan, studi tapak PLTN di Semanjung Muria dapat diselesaikan pada bulai Mei tahun 1996. Selain konfirmasi kelayakan calon tapak di Semanjung Muria, hasil lain yang penting adalah bahwa PLTN jenis air ringan dengan kapasitas antara 600 s/d 900 MWe dapat dibangun di Semenanjung Muria dan kemudian dioperasikan sekitar tahun 2004 sebagai solusi optimal untuk mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali.

    Pada tahun-tahun selanjutnya masih dilakukan lagi beberapa studi tambahan yang mendukung studi kelayakan yang sudah dlakukan, antara lain studi penyiapan “Bid Invitation Specification” (BIS), studi pengembangan dan evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi dan kelistrikan nasional dan studi pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian PLTN dengan mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN, antara lain penelitian teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif serta menyelenggarakan kerjasama internasional dalam bentuk partisipasi desain PLTN.

    Akibat krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang layak dan perlu untuk melakukan evaluasi kembali tentang kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply) energi khususnya kelistrikan di Indonesia. Untuk itu suatu studi perancanaan energi dan kelistrikan nasional jangka panjang “Comprehensive Assessment of Different Energy Resources for Electricity Generation in Indonesia” (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA.

    Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang. Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000. Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75% akan dibutuhkan di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna pembangkitan energi listrik, sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Energi batubara akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% untuk akan disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6% pada tahun 2025.

    Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan tersebut di atas maka diharapkan pernyataan dari semua pihak yang terkait dengan pembangunan energi nasional bahwa penggunaan energi nuklir di Indonesia sudah diperlukan, dan untuk itu perlu dimulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sekitar tahun 2010, sehingga sudah dapat dioperasikan secara komersial pada sekitar tahun 2016.

    BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerjasama dengan Lembaga Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan pengembangan energi nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi, teknologi, keselamatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen yang tertuang dalam bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan pengembangan energi nuklir di Indonesia.

    Pandangan Masyarakat terhadap Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia
    Seiring dengan rencana pemerintah mendirikan PLTN di Indonesia, timbul pro dan kontra dalam masyarakat mengenai hal ini. Sebagian yang kontra meninjau ari sisi sosio-kultural, politik, ekonomi, dan lingkungan dengan sedikit porsi tinjauan teknis, sedangkan pihak yang pro melihat dari sisi teknis dan implementasi pembangunannya semata dan dianggap kurang mengakomodasi pertimbangan-pertimbangan sosial, kultural, ekonomi, dan politik. Oleh karena itu, ada kesenjangan informasi yang perlu dipertemukan antara yang dilantukan oleh pihak yang pro maupun dan yang kontra. Sedikitnya porsi teknis yang dilantunkan pihak kontra sangat wajar karena latar belakang pengetahuan mereka tentang PLTN masih minim. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi pihak pro untuk menyajikan secara benar dan objektif dari sisi sosio-kultural, politik, ekonomi, dan lingkungan dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat mengimbangi lantunan teknisnya.
    Secara garis besar, masyarakat yang kurang senang akan kehadiran PLTN dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu masyarakat awam, bagi mereka nuklir menimbulkan rasa takut karena kurang paham terhadap sifat-sifat nuklir tersebut. Yang termasuk kelompok ini antara lain : budayawan, politikus, tokoh keagamaan dan beberapa anggota musyawarah umum lainnya. Kedua adalah masyarakat yang sedikit pahamnya tentang nuklir. Mereka menyangsikan kemampuan orang Indonesia dalam mengoperasikan PLTN dengan aman, termasuk pengambilan limbah radioaktif yang timbul dari pengoperasian PLTN itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa LSM dan kalangan akademis. Ketiga adalah kelompok masyarakat yang cukup paham tentang nuklir tetapi mereka menolak kehadiran PLTN karena mereka melihat PLTN dari kacamata berbeda sehingga keluar argument-argumen yang berbeda pula. Termasuk dalam kelompok ini adalahh beberapa pejabat dan mantan pejabat pemerintah yang pernah berhubungan dengan masalah keenergian, kelistrikan, dan penukliran.


    Kesimpulan
    Penggunaan energi nuklir sebagai pembangkitan listrik menjadi alternatif selain energi fossil fuel yang semakin terbatas ketersediaannya di alam. Selain itu, pada penggunaannya juga memiliki resiko yang sangat besar jika terjadi kecerobohan dalam segala macam proses kegiatannya. Pembangunan PLTN di Indonesia tidak akan terlaksana dengan baik apabila pemerintah terutama pihak pengembang utama tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai PLTN ini kepada masyarakat pada umumnya dari berbagai sudut pandang. Pemerintah harus berupaya memberikan edukasi terhadap masyarakat, di antaranya :
    ·      Meluruskan pernyataan yang tidak sesuai kenyataan
    ·      Memberikan perbandingan rasio antara PLTN dengan aktivitas lain
    ·      Mengganti emosi dengan akal sehat
    ·      Menguasai media sepenuhnya
    ·      Bekerja dengan secara hati-hati dan cermat sehingga hal-hal yang dikhawatirkan masyarakat benar-benar tidak terbukti.
    Jadi, setiap PLTN yang akan dibangun harus selalu diteliti dan diawasi kendalanya mulai dari sejak tahapan persiapan, pengembangan, dan pengoperasian.

    Pustaka
    Hardianto, Toto. Kuliah Pembangkitan : Opsi Nuklir Dalam Kebijakan Energi Nasional. ITB : 2009.
    Hardianto, Toto. Kuliah Pembangkitan : Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Kelompok Keahlian Konversi Energi, ITB : 2009
    www.batan.go.id
    NN. Pemanfaatan PLTN sebagai Pembangkit Listrik Indonesia.