Thursday, October 20, 2011

Curug Cileat, Subang - Jawa Barat

Curug Cileat

Bandung, 7 Oktober 2011

Malam ini saya kumpul dengan kawan-kawan OANC Bandung karena kadatangan tamu jauh, mas Karees dan Om Sukrib. Janjian di angkringan depan kampus gajah jam 7 malam ternyata baru saya dan Ari yang nongol, beberapa saat kemudian Roby dan Maggie menyusul. Di kesempatan itu saya ajak Ari ke Curug Cileat, yang minggu sebelumnya Roby dan Maggie ke sana dengan Anwar. Setelah tanya detail soal rute transport dan ongkos, kami berdua sepakat berangkat besok sabtu berangkat pagi dari Bandung.

Setelah rame, saya sedikit usaha siapa tau ada yang bisa diculik ikut ke Cileat juga daripada ntar dibilang :maho cuma jalan berdua Ari. Jurus kali ini ga ampuh, cuma berhasil culik 2 orang, Anto dan Felis. Yasudahlah, yang penting jadi berangkat. Jam 10an banyak yang sudah mulai pulang ke kediaman masing-masing sedangkan om Sukrib belum nongol juga nih. Setelah dapat kabar dari beliau ternyata masih macet di Cipularang, wkwkwk. Kami lanjut ngobrol lagi sampai om Sukrib datang.

Bandung - Subang, 8 Oktober 2011

Kedatangan om Sukrib yang hampir tengah malam juga diikuti datangnya hujan. Akhirnya kami pindah nongkrong di McD Simpang Dago. Saat itu saya dan Ari masih ikutan nimbrung sedangkan Anto dan Felis sudah di kediaman masing-masing dan bersiap2 packing. Ngobrol sana sini, becanda, cerita khayalan, gak terasa udah azan subuh o.O. Rencana berangkat jam 10 sepertinya mustahil, karena Ari harus packing dulu ke Jatinangor.

Bener deh dugaan, kami baru berangkat jam 12 dari BNI Taman Sari menuju terminal Ledeng. Dari terminal Ledeng kami pindah ke L300 jurusan Subang. Hujan gerimis sepanjang perjalanan memaksa saya tertidur, mungkin juga karena semalem begadang :P. Kami turun di Cagak, pindah Elf ke arah Gardu Sayang. Lama perjalanan kira-kira 30 menit, melewati perkebunan nanas, kolam pemancingan, dan Pasar Cisalak. Dari Gardu Sayang, kita bisa naik ojeg atau jalan kaki melewati jalan aspal sejauh 9 km. karena keterbatasan waktu, kami naik ojeg dengan ongkos Rp 20.000/orang. 

Tiba di desa terakhir (lupa namanya), kami melanjutkan trekking melewati sawah-sawah dan perkebunan warga. Hari sudah semakin sore, ditambah langit mendung. 15 menit kemudian kami menjumpai simpang, kiri jalan menurun kanan jalan menanjak. Saya putuskan telepon Anwar : “ ambil kiri, kan kalo kanan nanjak terus itu”. Alhasil, kami nyasar di persawahan dan sarang pacet :’(. Beruntung kami bertemu dengan bapak pencari kayu bakar, kami ditunjukan jalan yang sebenarnya :D.

Azan maghrib berkumandang, kami baru tiba di bekas warung yang dikelilingi pohon kelapa. Ari sholat di bekas warung, sedangkan kami bertiga buka roti sobek buat ganjelan perut. Dari bekas warung ini, kami mengambil jalan ke kanan, melewati parit kecil dan sawah lagi. Untuk menuju ke curug Cileat, kita akan melewati 3 curug tinggi yang airnya tidak begitu deras. 10 menit dari curug ketiga, kami sudah tiba di Cileat.

Kami memutuskan buka tenda di tanah datar teratas. Suasana gemuruh bunyi benturan air dengan bebatuan di bawah curug, juga karena anginnya yg lumayan kencang. Angin yang juga membawa butiran air cipratan curug ini cukup membuat si Storm II tembus di atas. Acara malam itu diisi ngobrol-ngobrol dan masak-masak.

Jam 10, Ari dan Felis sudah pulas. Sisa saya berdua dengan Anto yang masih asik buat roti mentega. Angin cukup kencang malam itu, saya berusaha membangunkan Ari yang tidur pulas di luar tenda namun tidak bangun-bangun. Akhirnya saya dan Anto sepakat tidak menutup pintu tenda, kami tidak tidur pulas sampai subuh karena suatu hal :P.

Subang, 9 Oktober 2011

Bangun pagi itu masih terasa ngantuk, tapi saya sudah tidak sabar masak-masak karena perut sudah minta diisi. Setelah sarapan, kami main di curug, foto-foto dan main air. Selang beberapa lama, datang sekelompok pemuda setempat yang dari atributnya seperti pramuka (seragam cokelat bawa bendera :p). Karena saya juga malas liat tingkah laku mereka yang teriak-teriak ga jelas di bawah curug, akhirnya saya ikut yang lainnya beres-beres tenda, siap-siap untuk pulang.

Perjalanan pulang lebih cepat dari berangkat (karena ga nyasar,hehe). Kami sudah SMS pak ojeg untuk menjemput di tempat terakhir tetapi mereka gak kunjung datang. Anto dan Felish inisiatif untuk jalan kaki saja sampai Gardu Sayang. Baru jalan 10 menit, tiba-tiba hujan deras :(. Setelah berjalan 2 jam, kami baru sampai di Gardu Sayang, bersih-bersih badan di masjid terdekat lalu menunggu angkutan yang mengantar kami ke Bandung lagi. (AP)

Tips penulis :
  1. Bawa pakaian lebih untuk main air di curug, jangan lupa bawa kamera juga
  2. Minta nomor tukang ojeg sebelum berpisah di desa terakhir
  3. Leave no Trace, minimal JANGAN buang sampah sembarangan.

    GALERI (klik untuk perbesar)

    0 comments

    Post a Comment